Antologi Puisi ‘Para Dewa’
Menandai Sejarah Baru Kepenyairan Tegal
KOMUNITAS seniman Sorlem tak lama lagi bakal meletupkan ‘badai kejutan’ berupa “Antologi Puisi Para Dewa” kesenian. Antologi tersebut akan memuat puluhan puisi terutama dari para ‘dewa’ seniman Tegal yang kiprahnya tak lagi diragukan dan sudah berdarah-darah dari berpuluh tahun di dunia kepenyairan. Mereka yang telah mengumpulkan puisinya, Nurhidayat Poso, Dwi Ery Santoso, Nurngudiono, Yono Daryono, M. Iqbal, Lutfi AN, Hartono Ch Surya, Bontot Sukandar, Diah Setyawati, Wakil Walikota Tegal Maufur dan lain sebagainya.
Menurut Nurngudiono, antologi tersebut sebagai bukti bahwa mereka masih kreatif dan berkaya. “Teman-teman membuktikan bahwa ternyata mereka masih kreatif dan berkarya. Banyak orang mengaku seniman, tapi banyak dari mereka yang sudah impotent, mandul, tak berkarya lagi,”
Bagi Nurngudio yang sudah malang-melintah berkiprah di dunia seni, momen tersebut menjadi sangat penting sebagai sebuah kebangkitan kebersamaan para ‘dewa’ seni yang ada di Tegal.
“Sekaligus ngumpulaken balung pecah, yang tadinya tercerai berai kembali bersatu lagi,” tandas Nurngudiono yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal.
Senada dengan Nurngudiono, penyair Dwi Ery Santoso yang sudah banyak membukukan antologi puisinya menyambut dengan gembira dengan niatan Komunitas Sorlem menerbitkan antologi tersebut. Bagi Ery, antologi tersebut menjadi sangat berarti karena merupakan sebuah tanda kebangkitan kebersamaan para ‘dewa’ seni sebagai pilar lahirnya kebudayaan baru.
“Momen ini sangat penting karena menandai lahirnya sejarah baru di dunia kepenyairan. Bukan sekadar reuni penyair para ‘dewa’ Kota Tegal, melainkan sebuah kebangkitan yang tak bisa ditunda lagi” papar Ery.
Lahirnya kebangkitan sejarah baru dunia kepenyairan di Kota Tegal dipandang cukup perlu. Bergulirnya antologi puisi ‘Negeri Poci’ beberapa tahun silam, dinilai mereka kurang mewadai ekspresi para penyair muda Tegal. Karena antologi tersebut hanya kumpulan klangenan para penyair di luar Kota Tegal yang merasa ingin mengenang kembali pada ‘negeri poci’ Tegal yang pernah mereka singgahi. Ruh klangenan itulah yang menyebabkan banyak para penyair muda Tegal terabaikan karena antologi ‘Negeri Poci’ sekadar kumpulan sajak-sajak dari orang-orang metropolis yang kurang memahami wilayah Tegal.
Karena itu, lahirnya “Antologi Puisi Para Dewa” menjadi sebuah media ekspresi para penyair Tegal yang amat penting, sekaligus sebagai pemicu untuk mereka lebih kreatif lagi dan tidak mandul dalam berkarya.
“Sekaligus menjadi pemicu penulis muda yang sekarang di Kota Tegal krisis penulis muda,” ujar Ketua Komunitas Seniman Sorlem, Bontot Sukandar.
Nurhidayat Poso selaku kurator puisi menandaskan, semua puisi yang diserahkan sudah terkumpul seluruhnya. Ada seratus lebih puisi yang dia terima, tinggal diseleksi dan dipilah-pilah. Seminggu kemudian dilempar ke percetakan dan rencananya dicetak dengan kertas yang bermutu dan luks.
“Menandai kebangkitan sejarah baru perpuisian di Tegal ini, kami ekstra kerja siang malam, kami tidak main-main” katanya di markas Sorlem, pinggir bendungan Kalimati Tegal (LS)
KETERANGAN FOTO: -Para seniman dari Komunitas Seniman Sorlem terlihat akrab diskusi dengan Walikota Tegal Terpilih H. Ikmal Jaya (Foto: Lanang Setiawan)
Menandai Sejarah Baru Kepenyairan Tegal
KOMUNITAS seniman Sorlem tak lama lagi bakal meletupkan ‘badai kejutan’ berupa “Antologi Puisi Para Dewa” kesenian. Antologi tersebut akan memuat puluhan puisi terutama dari para ‘dewa’ seniman Tegal yang kiprahnya tak lagi diragukan dan sudah berdarah-darah dari berpuluh tahun di dunia kepenyairan. Mereka yang telah mengumpulkan puisinya, Nurhidayat Poso, Dwi Ery Santoso, Nurngudiono, Yono Daryono, M. Iqbal, Lutfi AN, Hartono Ch Surya, Bontot Sukandar, Diah Setyawati, Wakil Walikota Tegal Maufur dan lain sebagainya.
Menurut Nurngudiono, antologi tersebut sebagai bukti bahwa mereka masih kreatif dan berkaya. “Teman-teman membuktikan bahwa ternyata mereka masih kreatif dan berkarya. Banyak orang mengaku seniman, tapi banyak dari mereka yang sudah impotent, mandul, tak berkarya lagi,”
Bagi Nurngudio yang sudah malang-melintah berkiprah di dunia seni, momen tersebut menjadi sangat penting sebagai sebuah kebangkitan kebersamaan para ‘dewa’ seni yang ada di Tegal.
“Sekaligus ngumpulaken balung pecah, yang tadinya tercerai berai kembali bersatu lagi,” tandas Nurngudiono yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal.
Senada dengan Nurngudiono, penyair Dwi Ery Santoso yang sudah banyak membukukan antologi puisinya menyambut dengan gembira dengan niatan Komunitas Sorlem menerbitkan antologi tersebut. Bagi Ery, antologi tersebut menjadi sangat berarti karena merupakan sebuah tanda kebangkitan kebersamaan para ‘dewa’ seni sebagai pilar lahirnya kebudayaan baru.
“Momen ini sangat penting karena menandai lahirnya sejarah baru di dunia kepenyairan. Bukan sekadar reuni penyair para ‘dewa’ Kota Tegal, melainkan sebuah kebangkitan yang tak bisa ditunda lagi” papar Ery.
Lahirnya kebangkitan sejarah baru dunia kepenyairan di Kota Tegal dipandang cukup perlu. Bergulirnya antologi puisi ‘Negeri Poci’ beberapa tahun silam, dinilai mereka kurang mewadai ekspresi para penyair muda Tegal. Karena antologi tersebut hanya kumpulan klangenan para penyair di luar Kota Tegal yang merasa ingin mengenang kembali pada ‘negeri poci’ Tegal yang pernah mereka singgahi. Ruh klangenan itulah yang menyebabkan banyak para penyair muda Tegal terabaikan karena antologi ‘Negeri Poci’ sekadar kumpulan sajak-sajak dari orang-orang metropolis yang kurang memahami wilayah Tegal.
Karena itu, lahirnya “Antologi Puisi Para Dewa” menjadi sebuah media ekspresi para penyair Tegal yang amat penting, sekaligus sebagai pemicu untuk mereka lebih kreatif lagi dan tidak mandul dalam berkarya.
“Sekaligus menjadi pemicu penulis muda yang sekarang di Kota Tegal krisis penulis muda,” ujar Ketua Komunitas Seniman Sorlem, Bontot Sukandar.
Nurhidayat Poso selaku kurator puisi menandaskan, semua puisi yang diserahkan sudah terkumpul seluruhnya. Ada seratus lebih puisi yang dia terima, tinggal diseleksi dan dipilah-pilah. Seminggu kemudian dilempar ke percetakan dan rencananya dicetak dengan kertas yang bermutu dan luks.
“Menandai kebangkitan sejarah baru perpuisian di Tegal ini, kami ekstra kerja siang malam, kami tidak main-main” katanya di markas Sorlem, pinggir bendungan Kalimati Tegal (LS)
KETERANGAN FOTO: -Para seniman dari Komunitas Seniman Sorlem terlihat akrab diskusi dengan Walikota Tegal Terpilih H. Ikmal Jaya (Foto: Lanang Setiawan)
0 komentar:
Posting Komentar