Sastra Tegalan
Perlu Dperingati
PERINGATAN Hari Sastra Tegalan yang jatuh pada 26 Nopember mendatang, pada tanggal 24 dan 25 Nopember diperingati oleh Komunitas Seniman Tegal ‘Sorlem’. Tidak di Tegal melainkan mereka melakukan lawatan budaya dengan menampilan baca puisi dan monolog tegalan di Taman Raden Saleh Semaran (24/11) dan di Taman Budaya Surakarta (25/11), menjadi sebuah peristiwa budaya yang cukup menarik bagi seniman Moch. Hadi Utomo yang selama ini cukup getol bersastra lewat bahasa Tegal.
Menurut Hadi, sastra tegalan itu meski usianya sudah cukup lama tapi masih butuh pengkuan eksternal.
“Masyarakat kita, pemerintah, dinas kebudayaan dan lain-lain. Mereka perlu terus memasyaratkatkan dan masyarakat perlu diberi informasi bahwa sastra tegalan itu ada dan sudah berkembang cukup pesat” katanya berapi-api ketika mengomentari lawatan budaya yang dilakukan oleh kelompok Sorlem.
Bagi Hadi Utomo, kegiatan peringatan dan lawatan tersebut menegaskan bahwa eksistensi para senimannya yang peduli dengan lokal jenius.
“Sastra tegalan ke depan harus mampu menjadi bagian dari sastra Indonesia seperti sastra daerah lain, Sunda-Bali-Jawa-Riau dan lain-lain. Seniman tidak bisa berjuang sendiri harus didukung penerbit, media, pemerintah, pers dan lain-lain” tambahnya.
PERINGATAN Hari Sastra Tegalan yang jatuh pada 26 Nopember mendatang, pada tanggal 24 dan 25 Nopember diperingati oleh Komunitas Seniman Tegal ‘Sorlem’. Tidak di Tegal melainkan mereka melakukan lawatan budaya dengan menampilan baca puisi dan monolog tegalan di Taman Raden Saleh Semaran (24/11) dan di Taman Budaya Surakarta (25/11), menjadi sebuah peristiwa budaya yang cukup menarik bagi seniman Moch. Hadi Utomo yang selama ini cukup getol bersastra lewat bahasa Tegal.
Menurut Hadi, sastra tegalan itu meski usianya sudah cukup lama tapi masih butuh pengkuan eksternal.
“Masyarakat kita, pemerintah, dinas kebudayaan dan lain-lain. Mereka perlu terus memasyaratkatkan dan masyarakat perlu diberi informasi bahwa sastra tegalan itu ada dan sudah berkembang cukup pesat” katanya berapi-api ketika mengomentari lawatan budaya yang dilakukan oleh kelompok Sorlem.
Bagi Hadi Utomo, kegiatan peringatan dan lawatan tersebut menegaskan bahwa eksistensi para senimannya yang peduli dengan lokal jenius.
“Sastra tegalan ke depan harus mampu menjadi bagian dari sastra Indonesia seperti sastra daerah lain, Sunda-Bali-Jawa-Riau dan lain-lain. Seniman tidak bisa berjuang sendiri harus didukung penerbit, media, pemerintah, pers dan lain-lain” tambahnya.
Sementara itu Hartono Ch. Surya mengatakan, peringatan Hari Sastra Tegalan sangat penting karena sastra tegalan menjadi tonggak kebangkitan sastra lokal.
"Sastra tegalan membutuhkan eksistensi dan menjadi sebuah ikon yang perlu kita junjung tinggi," ujar Hartono.
Ikut dalam lawatan budaya memperingati Hari Sastra Tegalan di dua kota itu, Dwi Ery Santoso, Nurhidayat Poso, Nurngudiono, Slamet Ambari, Diah Setiyawati, Bontot Sukandar, Hartono Ch. Surya, HM. Iqbal, Ratna, Igho dan lain sebagainya (LS)
Foto : Hartono Ch Surya
Ikut dalam lawatan budaya memperingati Hari Sastra Tegalan di dua kota itu, Dwi Ery Santoso, Nurhidayat Poso, Nurngudiono, Slamet Ambari, Diah Setiyawati, Bontot Sukandar, Hartono Ch. Surya, HM. Iqbal, Ratna, Igho dan lain sebagainya (LS)
Foto : Hartono Ch Surya
0 komentar:
Posting Komentar