Senin, 19 Oktober 2009

Komunitas Sorlem ke Pekalongan


komunitas Sorlem segarkan Pekalongan

komunitas Sorlem yang belakangan vakum kegiatan, dikarenakan sebagian anggotanya dipercaya menjadi pengurus Dewan Kesenian Tegal. pada tanggal 17-18 oktober lalu memulai dengan gebrakan di Pekalongan mengusung monolog, baca puisi dan pemutaran film. "acara yang kami gelar di Pekalongan diharapkan bisa memicu gelegak kreatifitas para seniman pekalongan,karena kami rasakan kota yang lebih dikenal sebagai kota batik terasa ayem-ayem saja dalam geliat keseniannya, bahkan cenderumg vakum." ujar Bontot Sukandar ketua Komunitas Sorlem. dalam acara yang digelar kerjasama Komunitas Sorlem dan Teater Zenith STAIN Pekalongan,pada hari pertama 17 okt menyajikan baca puisi Bontot Sukandar yang membawakan 3 puisi Malam menghitung Langkah, saat ada justru tak ada dan puisi dialog karya sendiri, sempat memukau pengunjung. bahkan pada puisi yang ke 3 dibantu Jayanti ketua Teater Zenith terasa ada suasana yang mendukung karena yang dibawakan adalah puisi cinta. "puisi yang aku bawakan itu adalah puisi tentang kota tegal, yang lainnya adalah suasana di facebook,bahkan ada salah satu puisi yang diambil dari status dan komentar dari teman "dekat" dan dikompilasi menjadi satu puisi." jelas Bontot yang sekarang dipercaya sebagai bendahara Dewan Kesenian Tegal. penampilan kedua diisi monolog yang dibawakan Slamet riyadi juga tak kalah menariknya, mamet yang telah diasah keaktorannya puluhan tahun di teater RSPD,bermain dengan total, cuma sayangnya auditorium STAIN tempat acara berlangsung akustiknya tak mendukung, sehingga artikulasi tak sampai ke penonton. setelah dua acara tersebut dilanjutkan dengan diskusi dengan pembicara Estu Marhaento, cukup mengena dengan menceritakan pengalamannya ketika masih nyantrik di bengkel Teater Rendra. seniman-seniman senior pekalongan seperti EDi Keling, Oso, Hadi Lempe dll sempat terpancing untuk membangkitkan kesenian di Pekalongan.
sementara tanggal 18 oktober komunitas sorlem sebagai acara lanjutam mengadakan pemutaran film karya suryo sukarno Pekalongan judul "Pahlawan", sedang film kedua karya Wicaksono Wisnu Legowo " Kita harus menang" sebagai film dokumenter mampu memberikan inspirasi bagi pengunjung untuk lebih menanamkan rasa nasionalisme.

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free PDF Files