Jumat, 23 Oktober 2009

demo lukis ary jembrong


Suara Merdeka 06 Maret 2008

Melukis Ambeng di Atas Pintu Air

DI tengah terik matahari, sambil bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek, seniman lukis Ari Jembrong tampak serius melukis dengan dua tangannya.

Tak hanya dengan kuas, bahkan kedua tangannya turut berlumuran cat.
Untuk menciptakan efek tertentu, tanpa sungkan dia pun meminum cairan cat akrilik warna, dan serta merta menyemburkan cat di atas kanvas yang dia bentangkan di atas pintu air Kalimati, Jalan Serayu, Kota Tegal.
Tak berapa lama lukisannya bergambar sebuah benteng Pasar Pagi, kapal, dan cap tangan itu dia selesaikan. Selesai melukis di atas canvas, kemudian dia kembali melukis di punggung dan kepala salah satu relawan Edi Junaedi (24).
Kepala Edi dia lumuri dengan cat warna merah, dan tubuhnya dilumuri berbagi warna seperti merah, kuning dan putih.

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 20 menit Ari pun menyelesaikan lukisannya.

Menurut penganut lukisan abstrak ini, Benteng Pasar Pagi dalam lukisannya melambangkan simbol Kota Tegal, Kapal sebagai simbol tumpeng, dan tangan melambangkan para calon gubernur maupun wali kota yang akan mencalonkan diri dalam Pilkada mendatang.

’’Tangan menunjukkan para calon yang akan ikut pilkada. Sedangkan melukis di tubuh dengan cat warna merah di kepala, melambangkan jangan sampai terjadi adu fisik saat Pilkada berlangsung,’’ jelasnya.
Pintu Air

Mengenai melukis di atas pintu air, dia menyebutkan, selain untuk apresiasi, hal ini karena pintu air di manapun tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah.
’’Pemerintah jarang memperhatikan pintu air, banyaknya musibah seperti banjir. karena pintu air tidak diperhatikan,’’ sebutnya.
Demo lukis yang dilakukan oleh Komunitas Sorlem, Rabu (5/3) sekitar pukul 12.00 itu, berhasil menarik perhatian beberapa pengemudi kendaraan dan pejalan kaki yang kebetulan melinas di jalan tersebut.

Ketua Komunitas Sorlem, Bontot Sukandar menyebutkan, ide mengadakan acara itu sendiri tercetus saat dia bersama komunitasnya sedang moci di bawah pohon mangga yang ada di Jalan Serayu.
’’Tema yang kami angkat adalah Ambeng Kota Tegal, karena ambeng (tumpeng) adalah simbol keselamatan. Kami melihat, menjelang Pilkada ini terjadi beberapa konflik di beberapa kubu para calon. Dengan konflik ini para seniman merasa prihatin, sehingga tercetuslah membuat acara ini,’’ jelasnya.
Menurut Bontot, baik lukisan maupun relawan yang bersedia dilukis tubuhnya ini, akan dipajang di atas pintu air Kalimati hingga malam hari. ’’Bahkan lukisan ini sudah ada yang pesan,’’ terangnya. (Cessnasari-15)

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free PDF Files