Jumat, 14 November 2008

HARI SASTRA TEGALAN 26 NOPEMBER


Bontot Sukandar:

Sastra Tegalan
Ingin Menembus Batas

TANGGAL
26 November oleh kalangan seniman Kota Tegal telah ditasbihkan sebagai Hari Sastra Tegalan. Komunitas Ngingsor Pelem atau Sorlem dalam menyambut ‘Hari Sastra Tegalan’ berencana menggelar pementasan baca puisi dan monolog Sastra Tegalan di Semarang dan Surakarta. Apa impian dengan pementasan tersebut serta bagaimana perjalanan dan sejarah ditetapkannya Hari Sastra Tegalan? Wartawan NP, Ekadila Kurniawan wawancara dengan Ketua Komintas Sorlem, Bontot Sukandar, Jumat (14/11). Berikut petikannya:


Pada 25 November nanti Komunitas Sorlem akan memeringati Hari Sastra Tegalan di Semarang dan Solo. Apa yang akan ditampilkan?
Benar. Kita akan menggelar pementasan pembacaan puisi, monolog dan musik Tegalan di Gedung Kesenian Raden Saleh Semarang dan Taman Budaya Surakarta. Sejumlah seniman siap mengisi acara, seperti Hartono CH Surya, Nurhidayat Poso, Denok Harti, Dwi Ery Santoso, Bramanthi S Riyadi, Dyah Setyawati, saya sendiri, Dr Maufur dan Nurngudiono. Selain membaca puisi Tegalan, kami juga mengaransemen musik pengiring. Mereka selama ini cukup intens menulis puisi Tegalan.
Mengapa digelar di Semarang dan Solo?
Kita akan menindaklanjuti even yang pernah menggegerkan kesusastraaan Indonesia dengan membacakan puisi Tegalan ‘Tembangan Banyak’ terjemahan Lanang Setiawan dari puisi karya WS Rendra berjudul ‘Nyanyian Angsa’ di TBS tahun 1994, Indramayu tahun 1995 sampai ke komunitas ‘Wapres’ Bulungan, Jakarta pada tahun 2006. Ternyata responsnya luar biasa. Nah, sekarang kita ingin menampilkan puisi dan monolog Tegalan karya kita sendiri, bukan karya terjemahan. Kita akan buktikan, penyair lokal pun bisa menulis puisi Tegalan yang bagus.
Berarti pentas di Semarang dan Solo untuk memopulerkan sastra Tegalan?
Ya. Kita berusaha menembus batas wilayah, tidak hanya orang Tegal saja yang kenal, tetapi orang Jawa Tengah khususnya, Indonesia umumnya kalau ada sastra Tegalan. Karena sastra Tegalan yang kita tonjolkan bahwa bahasa Tegalan mempunyai etika dan estetika. Bukan sebagai bahasa lawakan saja. Sekali lagi kita ingin tegaskan, bahasa Tegalan pun bisa dipakai media ekspresi menulis puisi, novel dan genre sastra lainnya.
Sastra Tegalan bisa ‘dijual’ ke pasar?
Saya kira bisa. Nama Tegal sendiri sudah bukan nama kota yang asing lagi. Artis-artis yang mendompleng nama Tegal bisa tenar, seperti Cici Tegal yang bukan orang Tegal. Parto Tegal meski saat membintangi film menggunakan bahasa Indonesia, tapi karena asalnya dari Tegal, dia dikenal Parto Tegal. Kemudian selama ini, kita mengenal sastra daerah, tapi bahasanya wetanan. Saatnya yang dimaksud sastra daerah adalah Sastra Banyumas dan Sastra Sunda. Untuk Sastra Tegalan, kenapa tidak?
Sejarah ditetapkannya Hari Sastra Tegalan?
Ditetapkannya Hari Sastra Tegalan secara resminya 26 November 1994 mengacu atas terbitnya Tabloid Literasi yang berbahasa Tegalan pertama ada di Tegal. Jadi sekarang sudah 15 tahun berjalan, seniman yang peduli dengan sastra Tegalan selalu antusias memeringatinya, karena merasa memiliki bahasa Ibu yang patut dilestarikan. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 dan UU Otonomi Daerah Pasal 22 huruf m, jelas-jelas mengamanatkan kita untuk memelihara dan melestarikan warisan sosial budaya masyarakat. Bahasa Tegalan termasuk warisan budaya masyarakat yang perlu dilestarikan.
Apa impian setelah Hari Sastra Tegalan berjalan?
Impiannya, sastra Tegalan dapat dijadikan pelajaran muatan lokal (mulok) di sekolah-sekolah. Jika diterapkan, generasi mendatang tetap mengenal bahasa Ibu. Coba andaikata hanya Bahasa Inggris yang selalu ditekankan siswa, memanggil ibunya, ‘you’ tidak ada unggah ungguhnya.
Apakah berencana menerbitkan buku antologi puisi Tegalan?
Buku antologi puisi Tegalan sudah banyak yang diterbitkan, seperti Brug Abang dan Kota Reformasi. Kita selepas pentas di Semarang dan Solo, mungkin acara puncaknya digelar di Kota Tegal.
Sebenarnya apa sih Komunitas Sorlem?
Komunitas Sorlem ini wadah seniman untuk meluncurkan ide-ide kreatif teman-teman yang tidak bisa terakomodir lembaga kesenian yang mandul, agar kegiatan seni dan budaya di Tegal tetap hidup (*)


1 komentar:

BALKOT MUSIC DIVISON mengatakan...

kalo musik metal dan majalah anak muda termasuk sastra bukan om???
menurut saya majalah ataupun newsletter termasuk karya sastra bukan???

prew


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free PDF Files