Senin, 26 Januari 2009


Ibu dimata Widodo pada kanvas

SEORANG Ibu menjadi inspirasi yang dahsyat untuk sebuah karya yang tak pernah ada habis untuk digali. Ibu adalah keramat manusia, tempat meminta sekaligus selimut terhangat dari haru-biru keresahan jiwa.
Sosok Ibu yang tiada bandingan itu, kini menjadi obyek menarik bagi proses kreatif pelukis Widodo. Bagi Widodo, melukis ibu adalah sebuah pengakuan diri. Pengorbanan ibu dan kasih sayangnya tak mungkin mampu ditebus dengan apapun. Langit boleh runtuh dan gelombang lautan bisa saja menggerus gunung-gunung, namun keiklasan dan keridhoan ibu mengorbankan segala-galanya untuk anak, sepanjang hayat.
“Figur ibu adalah segala-galanya. Aku meletakan ibu dalam obyek lukisan karena sebuah pengkuan diri atas belai kasih sayangnya yang tak bakal aku mampu membalasnya. Ibu, bisa diibaratkan Tuhan dalam kasat mata,” aku Widodo yang ditemui di Komunitas Sorlem, tempat dia melukis dan mendasarkan karya-karyanya.
Widodo mengaku, selama ini dia sudah melukis sosok ibu sekitar 20 buah dengan berbagai macam tema. Ada 5 buah judul lukisan ibu yang dia pajang di markas Sorlem. Dalam karya bertajuk Menghitung Untung, Dodo menampilkan sosok ibu yang tengah menghitung laba. Berikutnya Dodo menumpahkan tema yang cukup menyentak, terutama pada gambar berjudul Kasih Seorang Ibu II, dia mengingatkan kita pada ketulusan, keiklasan dan keridhoan sang ibu. Dalam gambar tersebut, sang ibu dilukis Dodo tengah menyusui anaknya, kendati fisik sang ibu dalam keadaan kering kerontang namun tetap saja dia ceria senantiasa. Menurut Dodo, semua itu adalah pelambang bentuk pengorbanan ibu yang tak mungkin bisa ditebus oleh sang anak dengan pemberiaan apapun.
“Harapan yang ingin aku sampaikan lewat lukisan itu adalah sebuah fragmen kilas balik. Yaitu, dari mana kita ini dibesarkan dan oleh apa darah dan daging kita terbentuk. Oleh karena itu kita musti sadar bahwa figur ibu adalah segala-galanya,” kata Widodo yang agaknya mulai ganti aliran dengan mata berkaca-kaca.
Pada lukisan Kasih Seorang Ibu I, Nglambèni Si Bocah dan Penjual Serabi, masih juga Dodo menyentak-nyentak jiwa penikmat. Selain berkisah tentang kasih sayang ibu, dilukiskan juga kegigihan perjuangan seorang ibu. Misalnya pada lukisan Penjual Serabi, Dodo melukis sosok ibu tua yang rela bermandikan asap tungku saat berjualan kue serabi yang kesemuanya itu demi untuk membesarkan anak-anak.
Oleh Widodo, semua lukisan yang dia goreskan dalam kavas itu dipulas dengan menggunakan dua warna; black and white. Widodo mengaku, dia sengaja menggunakan hanya dua warna itu, biar kelihatan natural.
“Black and White itu disamping natural, tapi efek yang ingin aku sampaikan cukup mengena dan menyentuh, dibanding dengan full color,” katanya yang mengaku bahwa semua lukisan black and white-nya itu dipersiapkan untuk pameran lukisan tunggalnya (*)

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free PDF Files